- Kita semua berasal dari yang Satu, cepat atau lambat kita semua akan kembali lagi kepada yang Satu.
- Yang Satu dalam Ketakberhinggaan.
- Di bumi ini, di alam alam yang fana ini kita belajar mengerti apa arti Keterbatasan.
- Dengan mengerti arti Keterbatasan kita akan mengapresiasi lebih dalam arti dari Ketakberhinggan. Barang siapa yang mengenal dirinya (yang terbatas), mengenal Tuhannya.
- Tiada yang cacat dalam Keterbatasan, Tiada yang cacat dalam ciptaan-ciptaanNya (selanjutnya yang berasal dari Al-Quran ditulis dalam huruf miring).
Oleh karena itu kita disarankan membaca/berdoa:
A. Bismillahirrahmanirrahim. In the Name of God with Love and Wisdom.
B. Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam.
Pujian terhadap Tuhan yang sempurna tercermin pula terhadap
ciptan-ciptaanNya yang tanpa cacat. Walau ciptaanNya terbatas tapi
selalu sesuai dengan tujuan penciptaan. Hanya di alam keterbatasan kita
bisa mengenal sisi superioritas (menjadi wakilNya) dan sisi inferioritas (menjadi hambaNya).
C. Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Memberi
dengan penuh kecintaan tanpa pamrih, kasih sayang, pemaaf dan membalas
dengan yang setimpal, seadil-adilnya dengan lingkup yang menembus
ruang-waktu. Love and Wisdom.
D. Berkuasa penuh di Hari Kemudian. Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi, hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Sadar akan keterbatasan diri di alam ini sehingga senantiasa berusaha
ada hubungan / bimbingan dengan yang Satu dalam memaknai dan menjalani
kehidupan.
E. Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.
Mereka yang senantiasa sadar akan makna kehidupan melihat sekeliling
dengan damai/nikmat, karena terlihat semua menjalankan misiNya tanpa
cacat. Mereka merasa semua sebagai Satu adanya. With Love and Wisdom,
dapat menerima/memantulkan kedua sisi utama Tuhan Alam Semesta. *)
F. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai.
Mereka yang menutup diri akan makna kehidupan sejati sehingga marah
terhadap orang-orang sekeliling yang mereka anggap tidak sejalan dengan
kebenaran yang mereka pilih/anggap benar. Mereka merasa lebih
berpengetahuan/pintar dari yang lain. Wisdom without Love. *)
G. Bukan pula jalan yang sesat.
Mereka khilaf dalam memaknai arti kehidupan sejati sehingga sedih
melihat orang-orang sekeliling yang melenceng dari jalan yang mereka
anggap benar. Mereka merasa lebih banyak mengabdi/berkorban dari yang
lain. Love without Wisdom. *)
*)
Hadis terkenal: "Aku ini menurut sangkaan hamba-hambaKu". Sangkaan kita
mengejewantah dalam cara kita memandang, selanjutnya menjadi realitas
yang kita lihat dan rasakan. Oleh karena itu dilajutkan dengan
kata-kata: "Maka berprasangka baiklah tentang Aku". Always think
positively. Always in Peace. Amin. Allah berfirman, “Aku
tergantung prasangka hamba-Ku kepada- Ku. Apabila ia berprasangka baik
kepada-Ku, maka kebaikan baginya, dan bila berprasangka buruk maka
keburukan baginya.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan dan Ibnu Hibban dalam
kitab Shahih-nya)
Lebih lanjut dengan jalan Tauhid dan mengapa bukan jalan dualitas
Salah
satu tujuan kita berada di dunia yang fana ini adalah mengenal,
memahami arti dualitas (kebalikan dari kesadaran Tauhid, semua sebagai
satu adanya). Mengenal baik dan buruk. Di satu sisi merasa superior
dikala merasa menjadi wakilNya, disisi lain merasa inferior dikala
merasa menjadi hambaNya yang tidak berdaya. Dikatakan kehidupan seperti
roda yang berputar, kadang di atas, kadang di bawah, silih berganti.
Kadang merasa berkuasa atau sebaliknya, merasa bahagia atau sebaliknya,
merasa menang atau sebaliknya, merasa paling benar atau sebaliknya,
merasa paling banyak mengabdi atau sebaliknya.
Ketika kita tidak lagi mengingkari pertemuan denganNya,
kembali ingat bahwa kita semua berasal dari yang Satu dalam
Ketakberhinggaan (kembali kekesadaran non-dualitas atau Tauhid) cepat
atau lambat tanpa kecuali kita semua akan kembali kepadaNya. Kita tidak
lagi melihat kehidupan dunia ini dengan kaca mata dualitas baik dan
buruk. Tapi melihat semua sebagai suatu pelajaran yang berharga bagi
semua. Tidak ada yang sia-sia di alam semesta ini, semua pengalaman,
kondisi keterbatasan mempunyai makna yang berharga. Oleh karena itu kita
senantiasa dalam kedamaian. Kebarat atau ketimur yang terlihat hanya wajah kecantikanNya. Segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam, yang Ar Rahman dan Ar Rahim selalu bergema dalam kesadaran kita, yang merupakan makna inti di bagian awal Al Fatihah, intinya Al Quran.
Mengapa
tidak melanjutkan/menguatkan kesadaran dualitas yang kelihatannya
begitu alamiah? Bukankah ini tujuan kita berada di alam yang fana ini?
Justru Jin dan Manusia diciptakan agar dapat mempunyai pengalaman yang
berbeda dari perjalanan Syaitan dan Malaikat yang lebih kental aroma
dualitasnya dalam langkah-langkah kembali kepadaNya, baik disadari atau
tidak. Justru kita diciptakan agar dapat memberikan inspirasi kepada
mahluk-mahluk lain bagaimana caranya kembali kepadaNya dalam waktu yang
lebih singkat dengan tetap menghargai pencapaian dan pengabdian mahluk
pendahulu-pendahulu kita. Memberikan inspirasi bahwa sesungguhnya semua
itu Satu adanya, alternatif dari konsep dualitas: yang ini lebih baik
yang itu lebih buruk.
Namun
kita selalu sadar akan keterbatasan diri dalam perjalanan kembali
kepada yang Satu. Sehingga selalu berusaha mengandalkan hanya kepada
pertolonganNya, mengandalkan bimbinganNya agar tidak berada lagi di
jalan-jalan dualitas yang merupakan makna inti di bagian akhir Al
Fatihah, intinya Al Quran. Semoga kita semua senantiasa dalam kedamaian,
senantiasa dalam sayap RahmatNya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar